Just stay there, then

Sunday, August 23, 2015

Just stay there, then




“Kau mulai merasakannya?” tanyanya sambil meregangkan tubuhnya. Dia berdiri membelakangiku, sekitar dua meter didepanku.
“Apanya?” tanyaku bingung.
“Ketakutan!” dia berbalik kearahku. “Akan semuanya!”
“Eh?”
“Kau mulai merasakannya, bukan?” dia sudah duduk disampingku.
Aku tercekat.
“Perlukah kita lari?” tanyanya setelah sekian lama. Aku hanya menatapnya bingung. “Kalau terlalu berat, aku bisa membawamu pergi!”
“Tunggu! Apa kau sedang mencoba membuatku menyerah?”
“Hahaa,, See? Kau ketakutan!” dia tertawa tanpa rasa bersalah.
“Ti-tidak..”
“Kau selalu berburuk sangka ketika takut!”
“A-aku hanya.......”
“Bukan masalah menyerah atau tetap bertahan. Tapi dirimu! Dengan semua yang sudah kau korbankan! Semua kesempatan yang kau lepaskan! Semua sakit yang kau tanggung, dan juga kau tularkan ke orang-orang disekitarmu, apa kau bahagia?”
Aku tercekat, lagi-lagi. Rasanya sakit mendengar semua kebenaran itu. “Kau tau aku benci diceramahi!” ujarku datar – akhirnya.
“Well... Berburuk sangka lagi!” dia tersenyum – mengejek.
“Aku bilang aku tidak..........”
“Aku hanya tidak bisa melihatmu lebih sakit lagi!” ujarnya lemah. Aku menangkap kelelahan dalam suaranya.
“Kau bisa pergi kalau begitu!” entah apa yang ada di pikiranku sehingga kalimat ini yang akhirnya keluar dari mulutku.
“......... Hahahaaa...” dia terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa keras. “Sekarang kau yang mencoba membuatku menyerah! Hahaaa...” dia menggulung lengan kemejanya dan mulai berbaring diatas rerumputan dibawahnya. “Waahh. Cuaca yang bagus! Apa kita harus berkebun?” tanyanya riang sambil merengganggkan badan.
Aku tersenyum, paham. “Sounds good!”


Kamar kehidupan, March 07th 2015
Terkadang, ada kata yang tidak perlu diucapkan. Ada persoalan yang tidak harus dibahas. Ada masalah yang tidak butuh penyelesaian. Semua yang dibutuhkan adalah seorang sahabat untuk mengerti, tidak banyak bertanya dan tidak pernah meninggalkan. For staying here, thanks!


0 comments :