Buat loe, si keras kepala (oleh Rizky Abdillah 2015)

Monday, October 05, 2020

Buat loe, si keras kepala (oleh Rizky Abdillah 2015)


Hai, gue cukup terkejut ketika bangun menemukan email dari loe siang ini. Ya, gue bangun siang. Loe tau, insomnia gue kambuh lagi. Gue rasa gue terlalu banyak mengkonsumsi kafein akhir-akhir ini. Loe bisa menyalahkan bos gue yang memberikan tumpukan pekerjaan dua kali lipat pekerjaan gue biasa sebagai hukuman seminggu liburan ke Eropa akhir tahun lalu. Loe tau, gue hanya berlibur, di hari libur, bukan melakukan kesalahan. Maksud gue, bukan salah gue ketika akhirnya saat itu perusahaan mendapatkan proyek dadakan besar, yang membuat semua orang – yang belum sempat meninggalkan Nagasaki – harus lembur, bahkan di malam tahun baru. Gue cukup beruntung, bukan? Setidaknya gue tidak terjebak di kantor yang pengap – dengan secangkir kopi yang bahkan langsung dingin di menit kedua setelah dibuat, dengan pemanas ruangan yang tetap saja membuat ruangan sedingin freezer – disaat semua orang bersuka cita menikmati pergantian tahun. Ya, gue rasa ini keberuntungan pertama gue di tahun ini. Tapi tetap saja gue tidak melakukan kesalahan apapun, bukan? Huh, gue sungguh kesal. Biar gue katakan, orang Jepang sungguh menyebalkan soal pekerjaan.

Tapi bukan ini inti cerita gue kali ini. Ini tentang email loe. Bisa dihitung dengan jari berapa kali loe mengirim email kepada gue. Ya, hanya dua kali, bahkan sebenarnya gue tak membutuhkan jari untuk ini. Email pertama loe adalah tahun lalu, ketika loe mengirimkan hasil terjemahan loe. Ingat? Tapi kali ini email loe jauh berbeda. Tidak seperti email pertama yang bahkan tanpa subjek – ya loe hanya mengirim 1 file attachment – tanpa apa-apa lagi di badan email. Tidakkah loe pikir ini keterlaluan? Maksud gue, email adalah e-mail, electonic mail. Loe tau mail artinya apa, bukan? Ya, loe benar – surat! Bagaimana mungkin loe mengirim surat tanpa menanyakan kabar, bahkan tanpa salam? Aishh, keterlaluan. Tapi kali ini seolah membayar kelemahan email pertama loe, loe bahkan bercerita tentang hidup loe. Manis sekali.

Jadi gue menyempatkan menulis balasan untuk loe sore ini. Ya, sebenarnya tadi gue ingin langsung membalasnya – bahkan tanpa gosok gigi. Tapi lagi-lagi bos gue mengacaukan hidup gue dengan menagih hasil kerja gue – yang deadlinenya dua hari lagi – hari ini? Untung gue hampir menyelesaikannya tadi malam. Loe tau, gue bukanlah tipe penunda pekerjaan - kaya loe.

Mm,, darimana harus memulainya. Ah, dari sini saja - gue setuju dengan loe! Ya, walaupun sebenarnya loe tidak meminta persetujuan gue – karena beberapa detik setelah menerima email loe, gue mendadak kehilangan nama loe di kontak bbm gue, begitupun jejaring sosial yang lain, dengan kata lain loe memutuskan komunikasi secara sepihak, seperti biasa – tapi gue mau menegaskan gue setuju. Maksud gue untuk bagian ‘Mari berkomunikasi melalui email saja!’ Ya, gue rasa ini cukup bagus. Mungkin loe tidak menyadarinya, tapi gue sadar (seperti biasa), ini adalah persetujuan kita yang pertama. Plok plok.. Harusnya kita merayakannya dengan minum kopi bersama di sebuah cafe di suatu sore yang cerah.
Gue rasa ini tidak terlalu buruk juga. Ini benar-benar seperti hubungan jarak jauh seperti yang biasa gue baca di novel romantis. Ya, loe boleh menertawakan gue – seperti biasa. Kenyataannya hati gue lebih lembut dari hati loe. Dan setidaknya gue bukan seperti bocah sepuluh tahun yang menggandrungi komik – disaat kenyataannya loe berumur dua puluhan. Ya, gue tidak seperti itu! Gue lebih dewasa dan berkelas!

Minggu lalu bokap gue sudah menghubungi loe, bukan? Akhirnya bokap melapor ke gue sambil bilang ‘Dia sepertinya menolak Ky! Sepertinya dia tidak menyukai kamu!’ Gue hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Hahaha. Tapi gue merasa tidak begitu. Loe hanya ingin gue tidak terlalu dekat, bukan? Gue rasa seperti itu.

Bbm yang puluhan kali loe delcont, lalu dengan sabar gue invite kembali. Gue ga tau entah berapa puluh kali loe melakukan ini ke gue. Terakhir gue menghitung sampai 18 kali. 18 kali dalam 2 bulan. Setelah itu gue tidak sanggup lagi menghitungnya. Gue ga tau apa yang ada dipikiran gue ketika gue menginvite loe lagi dan lagi. Bahkan ketika gue tidak bisa menemukan nama loe di kontak gue, gue hanya akan berdecak ‘Yah didelcont lagi!’ Katakan gue bodoh karena tanpa alasan gue menerima dengan lapang dada setiap kali loe melakukan hal itu. Atau ketika bbm gue hanya loe ‘read’ doang. Pesan gue di fb hanya loe ‘seen’ doang. Cerita gue panjang-panjang ga loe respon. Dan gue tetap saja sabar dan tak tahu diri. Kembali bercerita beberapa jam berikutnya. Atau ketika loe dengan sengaja mereject telpon gue. Benar, loe ga minta di telpon (kalau ini terjadi, maka kiamatlah dunia. Gue menambahkan ini kedalam tanda-tanda kiamat besar). Gue yang selalu dengan gigih tanpa tahu malu menghubungi loe lagi dan lagi. Direject puluhan kali, gue akan dengan sabar mengulangnya. Sampai loe dengan kesal menjawab telpon gue. Gue kesel? Marah? Mungkin. Tapi harapan gue mengalahkan semuanya.

Gue juga sudah pernah menjatuhkan harga diri gue sebagai laki-laki dihadapan loe sebelumnya. Menjatuhkannya sejatuh-jatuhnya. Dan semakin jatuh ketika loe hanya bilang ‘ngantuk gue dengernya’. Ya, sempurna hancurnya. Setelah menulis ini gue sadar kalo loe selalu berhasil menghancurkan hati gue. Setiap hari. Lagi dan lagi. Tapi gue tetep bodoh dan ga tahu diri. Gue selalu mengatakan loe bodoh. Padahal gue juga ga yakin siapa sebenarnya yang lebih bodoh.

Dari semua perlakuan kejam dan sadis itu, gue tau loe masih punya semacam hati. Gue tau loe susah payah menjelaskan ke kakak gue, bahwa gue ga seburuk yang dia pikirkan. Gue juga tau loe ikut banting tulang membantu penelitian adik gue. Hanya karena dia marah ke gue karena gue sama sekali ga bisa membantunya. Ketika’ dia marah ke gue, loe juga berperan menyelamatkan nama baik gue. Ketika gue seminggu ga mengganggu loe, loe datang dengan ‘Loe kenapa? Sakit?’ walaupun setelahnya loe mati-matian bilang bahwa hidup loe seminggu itu sangat aman dan damai, gue tetep tau loe semacam kangen sama gue. Hahaha. Atau ketika loe mengirimkan gambar ‘Fighting, you can do it!’ di hari ‘itu’. Gue merasa hidup gue akan sedikit lebih lama. Hahaha.

Jadi, mulai sekarang ayo kita hidup dengan lebih baik. Mari saling memperhatikan dan menyakiti satu sama lain. Yang terakhir mungkin hanya akan terjadi sama gue saja. Gue cukup sakit ketika mendadak loe bbm gue dan bilang ‘Kik, gue jatuh cinta!’ terdengar begitu bahagia. Dan hari itu mood loe sangat bagus. Gue terus menerus mengganggu loe dan loe sama sekali ga keganggu. Gue pikir mood seperti itu hanya akan datang saat loe dapat tiket gratis sebulan keliling Eropa.

Ayo bersikap biasa, layaknya seorang teman baik. Gue akan menghubungi loe melalui email, seperti yang loe inginkan. Yang akan gue mulai minggu depan. Hahaha.
Ayo berkomunikasi seperti seorang sahabat karib. Yang mendadak bilang ‘Gue kangen’, atau ‘Gue kesel hari ini!’ Ayo hidup seperti itu. Dua tahun itu bukan waktu yang lama. Dan sebelum itu, loe lakukan apapun yang loe mau. Loe hanya harus tau gue selalu ada buat mendengar keluh kesah loe. Semua umpatan dan makian loe. Semua teriakan putus asa dan juga tangisan loe. Semua mimpi loe itu, gue juga berusaha untuk itu. Perlakukan gue seburuk apapun yang loe mau. Karena setelah itu, giliran gue melakukan hal yang sama. Hahaha.


Nagasaki, 01 Februari 2015.
Untuk seseorang keras kepala diluar sana yang bahkan sanggup menolak bapak gue. Salut buat loe. Plok plok plok.



Repost in Jogja, 05.10.20

0 comments :