April 2019

Monday, April 29, 2019

I Lost Me




I tried so damn hard. Trying itself’s gonna kill me.
Do you know that?
I did my best. I did every single thing I could do.
Do you see that?
I did everyhing, I tried every way. But that’s not enough.
I see.
It’s too hard for me. I’m dying.

Apa yang akan kau katakan jika disini? Memaki? Menyeret? Membenturkan kepalaku ke tembok? Atau membunuhku? Apapun itu, lakukan! Aku (bahkan) lelah dan marah dengan diriku sendiri.

Beberapa hari ini aku selalu berangkat tidur setelah tangisan yang panjang. Ya, sakit. Ah, bahkan kata ‘sakit’ tak bisa mewakilinya. Sebut saja semua kosa kata menyedihkan yang kau punya. Sakit, perih, tercabik, hancur, porak poranda, luka, berdarah, sekarat. Tak satupun bisa menggambarkannya.
Well, lupakan! Bukan itu yang ingin kutulis.

Kau tau, malam ini aku tersentak setelah tenggelam dalam lamunan yang panjang. Tersadar aku sedang berjalan ke liang lahat yang aku gali sendiri. Terus berjalan menuju lubang kematian yang kelam dan busuk. Kenapa aku melakukannya? Karena apa aku melakukannya? Mana diriku yang dulu? Mana Lani yang dulu? Lalu berakhirlah hari ini dengan tangisan tanpa suara. Ya, suaraku sudah hampir habis sejak kemarin-kemarin. Kau tau, yang kutakutkan (hampir) terjadi. AKU KEHILANGAN DIRIKU. Pada level ini biarkan aku meneriakkan dengan sekuat tenaga. I HATE ME. I HATE YOU LANI. YOU SUCK.
Kau marah? I see! Me either. But wait, am not done yet. Kau bisa membunuhku setelah aku menyelesaikan tulisan ini.

Tahun lalu, ketika ‘itu’ menghampiriku, aku sungguh ketakutan. Aku takut jika aku mendadak bangun di pagi hari dan tidak mengenal diriku lagi. Dan sekarang, sepertinya itu terjadi. Tak usah berkaca pada Lani usia belasan, atau awal-awal kuliah yang menggebu-gebu. Menyelesaikan ini itu sekejap mata, kesana kemari. Begitu banyak urusan yang menggantung dipundakku, and I did it. Lani di masa itu adalah Lani yang kuat, tangguh dan tak terkalahkan. Ya, kata ini tidak berlebihan jika kalian tau apa yang aku alami untuk bertahan. Lani di masa itu adalah Lani yang taat, yang memperpanjang bacaan solatnya, mencintai sajadahnya, yang suka bangun disepertiga malam, merutinkan dhuha dan tak pernah alpa puasa Senin Kamis. Lani di masa itu adalah Lani yang bahkan tidak punya waktu untuk bersedih, berkeluh kesah, apalagi khawatir. Hidupnya berjalan cepat dan sangat produktif. I miss that Lani.

Sekarang?
Seperti yang kubilang, hidupku mendadak melambat, jalan di tempat. Dan beberapa hari ini pikiran ‘itu’ muncul lagi. Easy bro, aku tak akan melakukannya. Aku masih mencintai diriku, Tuhan dan keluargaku. Ya, aku tak akan gantung diri. Aku hanya bilang, ‘what if…’ Dan entah darimana datangnya, aku mendadak memikirkan ajalku. Kira-kira kapan aku akan mati? Apakah aku akan berumur panjang? Seperti apa aku mati? Bagaimana akhirku? Apakah disaat-saat akhirku, aku berbahagia seperti yang kau selalu janjikan?
Aku banyak sekali berpikir beberapa hari ini. Tentangku, kau, orang-orang, hidup, mati, mimpi-mimpi yang tidak tau sekarang aku gantung dimana (aku bahkan lupa mereka apa aja). See? I AM SUCK. And I’m sure you’re agree with that.

Lalu apa sekarang? Kalau kau disini apa yang akan kau katakan? Apa yang akan kau lakukan? Sepertinya aku tau. Tapi kalau kau disini, ini semua tak akan terjadi btw.
Kau tau, aku sudah kehilangan sangat banyak sejak hari ‘itu’. SANGAT BANYAK. I know. Tapi maafkan aku karena aku membiarkannya terjadi, tak ada usaha untuk mempertahankannya. Aku membenci diriku untuk ini. Pada akhir hari, ketika menghitung apa saja yang hilang dariku hari itu, aku akan berakhir dengan negosiasi bodoh dengan diriku sendiri “At least you do not lose yourself, kid!”

Lalu kalau sekarang, jika aku bahkan kehilangan diriku sendiri, aku sudah tak punya apa-apa lagi bukan?


Just another waking night, 29.04.19 @03.00am
Btw, siapa tau kau ingin tau, sekarang aku mulai membenci malam. Aku membenci gelap, aku membenci hari yang berganti, aku membenci detakan jarum jam, aku membenci waktu yang bergerak cepat. Aku membenci melihat pergantian tanggal di layar ponselku. Aku membenci waktuku semakin habis. Aku membenci waktu yang (kubiarkan) direnggut dariku. Dari semua itu, kau tau apa yang paling kubenci? Aku membenci diriku yang membenci semua hal konyol dan bodoh dan tidak perlu itu.