Duet Nulis bareng Nyukik..

Sunday, August 23, 2015

Duet Nulis bareng Nyukik..


Authors: Deslani Khairunnisa’, Rizky Abdillah
Editor: Deslani Khairunnisa’

“Kamu tidak bisa seperti ini terus!” laki-laki itu menatap perempuan didepannya sambil mendengus kesal. Sementara yang ditatap sedang sibuk mengunyah makanannya, entah mendengarkan entah tidak.
“Kau tidak mendengarku?”
“Umm??” perempuan itu mengangkat kepalanya dengan mata lebar, lalu mengerjap beberapa kali. “Kau harus coba ini!” ujarnya cepat sambil menaroh sepotong paru goreng ke sudut piring laki-laki itu – yang bahkan isinya masih utuh.
“Kenapa kau selalu seperti ini?”
“Seperti apa?” acuh tak acuh perempuan itu malah balik bertanya.
“Oke...” laki-laki itu menghela napas panjang sambil memperbaiki posisi duduknya. Dia tau sekeras apa kepala makhluk dihadapannya. Perempuan ini tak bisa dihadapi dengan cara seperti ini. “Ini terakhir kalinya aku mendengar kau tak makan dua hari!”
“Good! Artinya kita akan terus makan bersama!” mata si perempuan berbinar disertai anggukan mantap – seolah dia baru saja menyimpulkan sesuatu dari perdebatan alot.
“Yaaaakkk! Kau belum paham juga? Kau tak bisa terus-terusan seperti ini. Bagaimana mungkin kau tak makan dua hari hanya karena kau tak punya teman makan?”
“Mungkin saja...” suara perempuan itu nyaris tak terdengar. Sementara fokusnya masih pada piring dihadapannya.
“Aiishh...” laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. “Oke! Dengar! Kau tak boleh melewatkan jam makanmu begitu saja! Kau harus tetap makan apapun yang terjadi! Sekalipun semua orang disekelilingmu jadi bangkai kau harus tetap makan. Mengerti?”
“.............” perempuan itu hanya menatap si laki-laki dengan malas.
“Kau sudah dewasa! Kau sudah bukan............”
“Kau kan tau aku tak bisa makan jika tak ada seseorang disampingku!”
“Yaakk, kau harus merubah sifat konyolmu itu! Kau tau ada sangat banyak orang diluar sana yang tidak bisa makan? Kau harusnya....”
“Ayolah, jangan marah begitu! Aku juga tak bisa makan jika seseorang berteriak didepanku!”
“Aisshh... Anak ini! Tak bisa makan apanya? Lihat! Kau bahkan menghabiskan jatahku juga!”
“Owwh...” perempuan itu menatap sekitar dengan malas. “Ini hanya masalah kecil bukan? Hanya masalah makan? Kenapa kita harus berantem hanya gara-gara ini? Memalukan sekali!”
“Yaaakkk!!! Apanya yang masalah kecil? Lagian ini bukan tentang makanannya! Tapi kau? Kau harus tetap hidup tak peduli apapun! Kau harus makan dengan benar! Hidup dengan baik!”
“Aku makan dengan benar sekarang!”
“Ayolahh... Aku serius!” laki-laki itu mengusap pelipisnya putus asa. “Kau tau aku tak bisa terus menemanimu seperti ini!”
“Kenapa tidak?”
“Aku juga punya pekerjaan! Punya kehidupan! Kau tak bisa mendadak menelfonku dan minta ditemani makan!”
“Aku tak menelponmu, kalau kau lupa!”
“Yaa,, bukan kau! Tapi sekretarismu yang melakukannya!”
“Salahkan dia!”
“Hhhhhh... Kenapa kau begitu keras kepala?”
“Untuk melindungi otakku yang begitu encer!” perempuan itu menjawab ringan sambil mengangkat bahu. “Apa boleh buat!” Samar, laki-laki dihadapannya tersenyum geli. Dia selalu saja tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa dari selera humor makhluk didepannya itu. Dari semua orang kenapa perempuan aneh gila ini yang masuk dalam kehidupannya? Tak adakah perempuan yang sedikit lebih normal? Yang punya sifat biasa-biasa saja?
“Baiklah! Dengarkan aku! Aku tau sulit bagimu untuk makan sendiri! Tapi kau harus berusaha! Oke? Setidaknya kau harus mencoba melakukan improvisasi! Kau bisa makan dengan teman-temanmu! Kau bisa..........”
“Aku tak punya teman!” bantahnya ringan.
“Karyawanmu?”
“Yang perempuan sering diet tanpa makan, dan aku tak boleh makan dengan laki-laki lain!” lagi-lagi perempuan itu mengangkat bahu.
“Aiishh... Atau kau bergabung saja dengan rombongan lain di meja mereka!”
“Menurutmu mereka tidak akan menendangku?”
“Kalau begitu kau ambil meja paling sudut saja! Setidaknya ada orang-orang disampingmu dan kau tak akan ditendang.”
“Sudah kukatakan, aku benci makan sendirian! Bukan! Tapi tak bisa! Apalagi di rumah makan! Menyedihkan sekali makan sendirian sementara semua orang memenuhi meja makan!”
“Ya sudah! Kalau begitu kau makan dirumah saja!”
“Arrgghh.. Kupikir kau sudah paham! Ternyata belum juga! Baiklah! Biar kujelaskan lagi! Akan lebih menyedihkan makan sendirian dirumah! Semua orang pulang kerumah dan meja makan akan hiruk pikuk karena keluarga mereka. Dan aku apa kabar? Well, aku sedang melakukan hal besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di bumi! Makan sendiri!” perempuan itu menekankan kata terakhirnya.
“Kau bisa makan sambil menyalakan tivi!”
“Apa kau tidak tau? Bahkan di tivi saja orang-orang makan bersama!”
“Aiiiishhhh.... Kenapa kau ribet sekali?”
“Kau satu-satunya yang ribet disini!”
“Ayolah, ini hanya masalah makan! Kenapa kita selalu...”
“Ini karena kau tak tau rasanya hidup sebatang kara!”
“Aiiiishh.. Tak ada hubungannya! Aku juga tinggal sendiri! Makan sendiri! Bahkan aku makan dengan lahap. Gag ada masalah! Semua baik-baik saja!”
“Dasar tak punya perasaan!”
“Yaaakkk,, ini tak ada hubungannya dengan perasaan!”
“Hufffttt.... Tentu saja ada. Tapi ya,,, kau tak akan mengerti! Sudah kuduga, perasaanmu dangkal.”
“Kau bilang apa?”
“Begini saja! Kau hanya perlu menemaniku makan sekali sehari! Dengan begitu aku akan tetap makan setiap hari! Deal?”
“Kau gila! Sudah kukatakan aku tak bisa menemanimu setiap hari!”
“Aiissshh... Aku heran kenapa kau juga keras kepala, padahal otakmu tidak encer!”
“Yaaaakkk...”
“Baiklah, aku sudah selesai! Kau bisa pergi sekarang!”
“Aiiisshhh.. Aku bahkan belum makan dan kau sudah mengusirku! Benar-benar perempuan..”
“Kalau begitu makanlah! Aku yang pergi!” perempuan itu memasukkan ponselnya kedalam tas tangan miliknya.
“Yaaakkk.. Kau menyuruhku makan sendirian?”
“Bukankah akan lebih lahap?” lagi-lagi wajah polos tanpa dosa.
“Aiiishhh... Setidaknya kita keluar bersama!”
“Sudah kubilang makan sendiri itu tidak menyedihkan!”
“Ini bukan karena makan sendiri! Apa kata mereka ketika melihatku makan dengan lahap setelah ditinggalkan seorang perempuan di meja makan? Aku harus tetap mempertahankan image kerenku!”
“Jiahh.... Cepatlah makan! Aku juga punya urusan lain!”
“Aiishh.. Anak menyebalkan ini! Sudah bosan hidup rupanya!”
“.....................”
“Jadi bagaimana???”
“Apanya?”
“Jadwal makanmu!”
“Kau datanglah ketika lapar! Karena ketika itu aku juga pasti sedang lapar!”
“Aiiishhh... Kepalamu terbuat dari apa?”
“........................” lagi-lagi ia hanya mengangkat bahu.
“Bagaimana kalau aku tak bisa?”
“Ehh?”
“Aku tak bisa datang setiap hari?”
“Sederhana saja! Aku akan makan saat kau datang! Apa boleh buat!”
“Yaaakk........”
“Cepat habiskan makananmu! Aku juga punya kehidupan lain! Apa kau pikir waktuku hanya untuk menemanimu makan?”
“Yaaaakkk... Aku seharusnya yang mengatakan hal itu!!”


Pekanbaru – Nagasaki, 28 September 2014 
Aslinya ini tulisan lebih kompleks dan heboh daripada ini.. Kalau kalian merasa tulisan ini agak keren, itu karena editornya terlampau keren... haaaa.. *kibas rambut* 

Original posted on Facebook

0 comments :