Duet Nulis bareng Nyukik..
Authors:
Deslani Khairunnisa’, Rizky Abdillah
Editor:
Deslani Khairunnisa’
“Kamu
tidak bisa seperti ini terus!”
laki-laki itu menatap perempuan didepannya sambil mendengus kesal. Sementara
yang ditatap sedang sibuk mengunyah makanannya, entah mendengarkan entah tidak.
“Kau
tidak mendengarku?”
“Umm??” perempuan itu mengangkat kepalanya
dengan mata lebar, lalu mengerjap beberapa kali. “Kau harus coba ini!” ujarnya cepat sambil menaroh sepotong paru
goreng ke sudut piring laki-laki itu – yang bahkan isinya masih utuh.
“Kenapa
kau selalu seperti ini?”
“Seperti
apa?” acuh tak acuh
perempuan itu malah balik bertanya.
“Oke...” laki-laki itu menghela napas
panjang sambil memperbaiki posisi duduknya. Dia tau sekeras apa kepala makhluk
dihadapannya. Perempuan ini tak bisa dihadapi dengan cara seperti ini. “Ini terakhir kalinya aku mendengar kau tak
makan dua hari!”
“Good!
Artinya kita akan terus makan bersama!” mata si perempuan berbinar disertai anggukan mantap –
seolah dia baru saja menyimpulkan sesuatu dari perdebatan alot.
“Yaaaakkk!
Kau belum paham juga? Kau tak bisa terus-terusan seperti ini. Bagaimana mungkin
kau tak makan dua hari hanya karena kau tak punya teman makan?”
“Mungkin
saja...” suara perempuan
itu nyaris tak terdengar. Sementara fokusnya masih pada piring dihadapannya.
“Aiishh...” laki-laki itu mengacak rambutnya
frustasi. “Oke! Dengar! Kau tak boleh
melewatkan jam makanmu begitu saja! Kau harus tetap makan apapun yang terjadi!
Sekalipun semua orang disekelilingmu jadi bangkai kau harus tetap makan.
Mengerti?”
“.............” perempuan itu hanya menatap si
laki-laki dengan malas.
“Kau
sudah dewasa! Kau sudah bukan............”
“Kau
kan tau aku tak bisa makan jika tak ada seseorang disampingku!”
“Yaakk,
kau harus merubah sifat konyolmu itu! Kau tau ada sangat banyak orang diluar
sana yang tidak bisa makan? Kau harusnya....”
“Ayolah,
jangan marah begitu! Aku juga tak bisa makan jika seseorang berteriak
didepanku!”
“Aisshh...
Anak ini! Tak bisa makan apanya? Lihat! Kau bahkan menghabiskan jatahku juga!”
“Owwh...” perempuan itu menatap sekitar
dengan malas. “Ini hanya masalah kecil
bukan? Hanya masalah makan? Kenapa kita harus berantem hanya gara-gara ini?
Memalukan sekali!”
“Yaaakkk!!!
Apanya yang masalah kecil? Lagian ini bukan tentang makanannya! Tapi kau? Kau
harus tetap hidup tak peduli apapun! Kau harus makan dengan benar! Hidup dengan
baik!”
“Aku
makan dengan benar sekarang!”
“Ayolahh...
Aku serius!”
laki-laki itu mengusap pelipisnya putus asa. “Kau tau aku tak bisa terus menemanimu seperti ini!”
“Kenapa
tidak?”
“Aku
juga punya pekerjaan! Punya kehidupan! Kau tak bisa mendadak menelfonku dan
minta ditemani makan!”
“Aku
tak menelponmu, kalau kau lupa!”
“Yaa,,
bukan kau! Tapi sekretarismu yang melakukannya!”
“Salahkan
dia!”
“Hhhhhh...
Kenapa kau begitu keras kepala?”
“Untuk
melindungi otakku yang begitu encer!”
perempuan itu menjawab ringan sambil mengangkat bahu. “Apa boleh buat!” Samar, laki-laki dihadapannya tersenyum geli. Dia
selalu saja tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa dari selera humor makhluk
didepannya itu. Dari semua orang kenapa perempuan aneh gila ini yang masuk
dalam kehidupannya? Tak adakah perempuan yang sedikit lebih normal? Yang punya
sifat biasa-biasa saja?
“Baiklah!
Dengarkan aku! Aku tau sulit bagimu untuk makan sendiri! Tapi kau harus
berusaha! Oke? Setidaknya kau harus mencoba melakukan improvisasi! Kau bisa
makan dengan teman-temanmu! Kau bisa..........”
“Aku
tak punya teman!” bantahnya
ringan.
“Karyawanmu?”
“Yang
perempuan sering diet tanpa makan, dan aku tak boleh makan dengan laki-laki
lain!” lagi-lagi
perempuan itu mengangkat bahu.
“Aiishh...
Atau kau bergabung saja dengan rombongan lain di meja mereka!”
“Menurutmu
mereka tidak akan menendangku?”
“Kalau
begitu kau ambil meja paling sudut saja! Setidaknya ada orang-orang disampingmu
dan kau tak akan ditendang.”
“Sudah
kukatakan, aku benci makan sendirian! Bukan! Tapi tak bisa! Apalagi di rumah
makan! Menyedihkan sekali makan sendirian sementara semua orang memenuhi meja
makan!”
“Ya
sudah! Kalau begitu kau makan dirumah saja!”
“Arrgghh..
Kupikir kau sudah paham! Ternyata belum juga! Baiklah! Biar kujelaskan lagi!
Akan lebih menyedihkan makan sendirian dirumah! Semua orang pulang kerumah dan
meja makan akan hiruk pikuk karena keluarga mereka. Dan aku apa kabar? Well,
aku sedang melakukan hal besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di bumi! Makan
sendiri!” perempuan
itu menekankan kata terakhirnya.
“Kau
bisa makan sambil menyalakan tivi!”
“Apa
kau tidak tau? Bahkan di tivi saja orang-orang makan bersama!”
“Aiiiishhhh....
Kenapa kau ribet sekali?”
“Kau
satu-satunya yang ribet disini!”
“Ayolah,
ini hanya masalah makan! Kenapa kita selalu...”
“Ini
karena kau tak tau rasanya hidup sebatang kara!”
“Aiiiishh..
Tak ada hubungannya! Aku juga tinggal sendiri! Makan sendiri! Bahkan aku makan
dengan lahap. Gag ada masalah! Semua baik-baik saja!”
“Dasar
tak punya perasaan!”
“Yaaakkk,,
ini tak ada hubungannya dengan perasaan!”
“Hufffttt....
Tentu saja ada. Tapi ya,,, kau tak akan mengerti! Sudah kuduga, perasaanmu
dangkal.”
“Kau
bilang apa?”
“Begini
saja! Kau hanya perlu menemaniku makan sekali sehari! Dengan begitu aku akan
tetap makan setiap hari! Deal?”
“Kau
gila! Sudah kukatakan aku tak bisa menemanimu setiap hari!”
“Aiissshh...
Aku heran kenapa kau juga keras kepala, padahal otakmu tidak encer!”
“Yaaaakkk...”
“Baiklah,
aku sudah selesai! Kau bisa pergi sekarang!”
“Aiiisshhh..
Aku bahkan belum makan dan kau sudah mengusirku! Benar-benar perempuan..”
“Kalau
begitu makanlah! Aku yang pergi!”
perempuan itu memasukkan ponselnya kedalam tas tangan miliknya.
“Yaaakkk..
Kau menyuruhku makan sendirian?”
“Bukankah
akan lebih lahap?”
lagi-lagi wajah polos tanpa dosa.
“Aiiishhh...
Setidaknya kita keluar bersama!”
“Sudah
kubilang makan sendiri itu tidak menyedihkan!”
“Ini
bukan karena makan sendiri! Apa kata mereka ketika melihatku makan dengan lahap
setelah ditinggalkan seorang perempuan di meja makan? Aku harus tetap
mempertahankan image kerenku!”
“Jiahh....
Cepatlah makan! Aku juga punya urusan lain!”
“Aiishh..
Anak menyebalkan ini! Sudah bosan hidup rupanya!”
“.....................”
“Jadi
bagaimana???”
“Apanya?”
“Jadwal
makanmu!”
“Kau
datanglah ketika lapar! Karena ketika itu aku juga pasti sedang lapar!”
“Aiiishhh...
Kepalamu terbuat dari apa?”
“........................”
lagi-lagi ia hanya
mengangkat bahu.
“Bagaimana
kalau aku tak bisa?”
“Ehh?”
“Aku
tak bisa datang setiap hari?”
“Sederhana
saja! Aku akan makan saat kau datang! Apa boleh buat!”
“Yaaakk........”
“Cepat
habiskan makananmu! Aku juga punya kehidupan lain! Apa kau pikir waktuku hanya
untuk menemanimu makan?”
“Yaaaakkk...
Aku seharusnya yang mengatakan hal itu!!”
Pekanbaru – Nagasaki, 28 September
2014
Aslinya ini tulisan lebih kompleks dan heboh daripada ini.. Kalau kalian merasa tulisan ini agak keren, itu karena editornya terlampau keren... haaaa.. *kibas rambut*
Original posted on Facebook
0 comments :
Post a Comment