Leave it! I should live!

Sunday, May 22, 2016

Leave it! I should live!




Bismillah....

“Kau meninggalkannya?”
“Ho-oh!”
“Kau, serius?”
“............. Jangan menatapku seperti itu! Kali ini aku serius! Aku benar-benar meninggalkannya! Tak akan mencoba kembali lagi!”
“........................”
“Ini benar-benar, menyakitkan!”
“............. Aku tak tau harus berkata apa! Tapi, satu hal, bukankah baru kemaren kau mengatakan kau sudah mulai mencintainya? Kau bahkan mengatakan sudah menerimanya sebagai takdirmu – kalau aku tidak salah dengar!”
“Umm.... Inilah lucunya hidup, bukan? Berawal dari pertemuan tak diharapkan, lalu dia menjeratmu, memporak-porandakan hidupmu, kau membencinya, dia menolak melepaskanmu. Kau semakin membencinya, dia semakin mengikatmu. Kau mulai frustasi menghadapinya, lalu kau mulai mencoba melihat sisi baik dalam dirinya, mulai berpikir mungkin dia yang terbaik yang dikirimkan Tuhan, mulai berpikir mungkin dia adalah takdirmu. Kau mulai mempertimbangkannya, dia semakin memperlihatkan sisi baiknya, kau semakin menyukainya, lalu memutuskan menerimanya! Menerimanya dengan segenap hatimu, sampai kau melihat sisi terburuknya – yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya, sisi paling kejam dan menyeramkan! Dan kau kembali membencinya – tentu saja – melebihi bencimu sebelumnya! Kau ingin lepas, tapi akan jauh lebih berat, karena dia mulai membawa pengaruh bagi hidupmu. Beginilah hidup mempermainkanmu!”
“Ahh.... Menyedihkan! Tapi belakangan kau tampak benar-benar mencintainya dan kalian tampak benar-benar bahagia bersama!”
“Umm.... Kau benar! Aku mulai menikmati hari-hari bersamanya! Mulai menemukan bahwa dia  tidak seburuk yang aku bayangkan! Tapi itu sebelum aku melihat satu sisi itu! Satu sisi dirinya yang membawaku pada hari terburuk sepanjang usiaku!”
“Aku turut menyesal untuk hari itu!”
 “Haha, terimakasih... Kau mungkin tak akan pernah bisa membayangkan apa yang sudah aku alami di hari itu!”
 “Ya, aku melihatnya! Kau tampak benar-benar menderita! Tapi tidakkah menurutmu mempertimbangkannya sekali lagi akan memberikan hasil berbeda? Maksudku, kau sudah bertahan cukup lama, kau juga sudah berkorban cukup banyak. Ini tidak akan selesai begitu saja, bukan? Kau pantas mendapatkan sesuatu darinya, bukan?”
 “Ya, kau benar! Aku berhak LEPAS darinya!”
 “Bukan itu maksudku. Maksudku, kau............”
 “Aku berhak hidup dengan damai, bukan? Karena itulah aku mengambil keputusan ini. Karena kedamaian hatiku jauh lebih penting dari apapun! Bahwa aku harus memperjuangkannya tak peduli apapun, lagi! Bahwa kedamaian hatiku tidak akan kudapatkan jika terus bersamanya! Aku benar-benar harus melepaskan diri!”
 “Kau terlihat, agak menyeramkan, sekarang!”
 “Hahaha... Bukan begitu. Hanya saja aku harus lebih tegas pada diriku sendiri! Seperti yang kau katakan, aku sudah bertahan cukup lama, berkorban cukup banyak, juga menderita cukup banyak! Karena itu, aku tak boleh lebih menderita lagi! Aku tak bisa berkorban lebih banyak lagi! Sakit ini, hanya karena aku sanggup menanggungnya, bukan berarti aku pantas menerimanya, bukan?”
 “Hhhh...... Hidupmu begitu rumit!”
 “Hahaha, tapi tidak akan lebih rumit lagi! Selalu ada konsekuensi dari setiap langkah yang diambil, bukan? Konsekuensi yang juga tidak akan mudah! Aku tau itu! Tapi kurasa ini akan sepadan dengan kedamaian hidupku dimasa yang akan datang. Aku akan baik-baik saja! Aku akan mengatasinya dengan baik!”
 “Kau yakin dia akan melepaskanmu begitu saja?”
 “Hahaa... Seperti yang kubilang, ini tidak akan mudah. Tapi setidaknya aku harus mencoba. Dan benar-benar harus berjuang mendapatkan yang baru?”
 “Yang baru? Sebentar! Apa kau meninggalkannya karena sudah menemukan yang baru? Kau....”
 “Bukan begitu! Ada yang kusukai sejak lama! Tapi aku terlalu pengecut untuk memperjuangkannya! Membiarkannya lepas begitu saja! Tapi kali ini aku akan sungguh-sungguh mengejarnya, memperjuangkannya dengan seluruh kemampuan yang kupunya – tanpa peduli apapun!”
 “Kau tampak,, lebih,,, hidup!”
“Hahaha,, aku juga merasa begitu! Hidup yang sebenarnya, sekarang aku bisa memulainya, bukan?”

Kamar kehidupan, February 05th 2015 @ 01.47 am
Setelah obrolan panjang dengan seorang sahabat malam ini. Benar-benar terpikir, ‘itulah’ sebabnya. ‘Hari itu’ adalah puncaknya! Hari dimana uda nyaris menamparku karena aku mulai mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam hidupku. Hari itu semacam pencerahan bahwa aku harus meninggalkannya! Ini bukan jalanku! Ini benar-benar sudah diluar batas toleransiku! Namun, jika dikemudian hari kalian melihatku hidup bersamanya, tolong jangan ucapkan ‘selamat’, ‘semoga berbahagia’ atau semacamnya! Jika itu terjadi, percayalah, aku tidak akan sedang berbahagia! Maka pada hari itu kalian harus benar-benar berpikir bagaimana cara melepaskanku darinya. Karena itu berarti aku kembali terjebak, atau dijebak!


0 comments :